Organisasi di dalam ajaran agama Islam secara eksplisit
tidak diajarkan. Namun secara implisit terkandung dalam praktek shalat jamaah
yang diwajibkan bagi kita. Nabi Muhammad yang tidak pernah memberi contoh atau
melakukan shalat fardlu sendirian ini, tidak lain karena kandungan ajaran berjamaah
ini mengandung perintah bersatu dan taat kepada pemimpinnya. Shalat berjamaah
ini merangkum dua ayat penting yaitu ; wa'tasimuu bihablillah jamiia wala tafarraqu
dan Ati'u llaha wa atii'u rasul wala tafarraquu.
Ajaran berorganisasi dari perilaku berjamaah
ini, tercermin sejak dalam membentuk shaf yang harus rapi, dan teratur. Bersatu
mengalahkan kepentingan pribadi yang harus dimiliki seorang organisator dicontohkan
Allah dalam perilaku shalat dimana demi keteraturan dan kerapian menghadap Tuhannya,
antara bahu kita harus benar-benar menempel hingga seandainya ada pedang yang
diletakkan diantaranya tidak akan terjatuh. Hal ini mencerminkan pentingnya persatuan
bagi umat Islam. Abdullah Ibn Umar menyatakan : La Islama illa bil Jamaah walaa
Jamaata illa bil Imarah walaa Imaarata illa bit Thoah.
Niat berjamaah-Keseiringan tujuan/visi
Sebagaimana ketika kita akan melakukan shalat berjamaah
dimana kita harus niat berjamaah untuk shalat yang sama, pembentukan sebuah organisasi
harus pula didasari oleh niat yang sama, yang dalam berorganisasi bisa kita terjemahkan
menjadi sebuah tujuan/cita-cita yang sama. Aileen Mitchell Stewart dalam bukunya
Empowering people menyatakan bahwa visi yang dimiliki bersama lebih bernilai daripada
sekedar mencari rumusan misi yang singkat atau malah berkepanjangan. Dengan begitu
kita bisa menyeiringkan langkah menuju arah tujuan yang sama. Sebuah tujuan atau
cita-cita yang jelas, akan mempermudah kita dalam merencanakan dan mengadakan
sebuah kegiatan dalam organisasi.
Pada hakekatnya, niat berjamaah tidak diperuntukkan
banyak tujuan bahkan hanya untuk Allah semata. Namun secara fiqh, niat ini memiliki
konsekwensi yang banyak termasuk bagaimana menjalani shalat berjamaah yang benar
dan mencapai tujuan yaitu kedekatan kepada Allah. Begitu juga dalam berorganisasi
visi organisasi idealnya sedikit berbicara tentang apa yang mau dicapai organisasi,
tetapi banyak berbicara tentang bagaimana organisasi itu berusaha mencapainya.
Iftitah-Loyalitas
Sesudah bertakbir, kita disunnahkan membaca iftitah.
Iftitah yang banyak dibaca oleh kaum nahdliyin adalah Kabira walhamdulillahi katsir
Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathara as samawati wa al ardl
Bila kita
pahami makna yang terkandung didalamnya, maka iftitah yang sering kita baca ini
bukan doa tetapi lebih pada pengakuan seorang hamba atas Tuhannya. Atau janji
setia kepada Tuhan Sang pencipta, meskipun sering kita sebut sebagai doa iftitah.
Begitu juga dalam berorganisasi maka kita membutuhkan personel yang memiliki loyalitas
yang baik. Sehingga segala bentuk kegiatan atau proses pencapaian cita-cita organisasi
memiliki kekuatan yang pasti.
Ruku' - Keadilan - Meredam ego
Dalam keadaan ruku' shalat berjamaah, seseorang yang
berada pada shaf kedua hingga habis, harus rela untuk menempatkan kepalanya sejajar
dengan pantat orang yang ada didepannya. Siapapun yang datang terlambat, harus
mau diperlakukan seperti itu. Bahkan kalau kita mendahulukan orang lain untuk
berada di shaf awal hukumnya makruh bahkan seorang kyai sekalipun. Tetapi bila
diluar shalat, tak seorangpun yang akan mau kepalanya didekatkan dengan pantat
orang lain. Perilaku seperti memberikan contoh kepada kita bahwa apapun derajat
sosial kita didepan masyarakat, kita harus rela untuk ditempatkan dimana saja
dan rela mengalahkan kepentingan pribadi demi tujuan bersama.
Bila perilaku seperti ini bisa kita aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, maka secara tidak langsung kita telah belajar untuk adil.
Dengan demikian asas kebersamaan dapat kita peroleh. Kitapun dapat meminimalisir
ego kita dalam bermasyarakat maupun berorganisasi.
I'tidal - Rasa tanggung jawab
Setelah kita disadarkan akan posisi kita, dimana kita
harus sudah melepaskan rasa keangkuhan didalam hati kita melalui perilaku ruku',
kita dikembalikan pada posisi tegak dimana sesuatu yang tegak mengandung makna
kontinyuitas, sebagaimana pernyataan al Quran tentang perintah shalat yang menggunakan
lafadz aqim dari asal kata qama yaquumu yang menyiratkan bahwa perintah shalat
ini tidak cukup dilakukan sekali saja Kontinuitas sangat bergantung pada tanggung
jawab.
Begitu juga posisi I'tidal yang dilakukan dengan berdiri
ini, menyiratkan makna kepada kita untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam mengemban
apa saja yang diamanahkan kepada kita.
Sujud - Turba-Merakyat
Dalam bersujud seseorang dituntut untuk berusaha rendah
diri dan mengingat fitrah kehidupannya yang berasal dari tanah. Dengan begitu
seseorang dapat terhindar dari rasa congkak dan segala kebijakannya akan selalu
didasarkan atas kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi. Hal ini seiring
dengan kaidah fiqh Tasharruf al Imam 'ala al Ra'iyah manuutun bil maslahah.
Untuk dapat memperoleh dan merumuskan sebuah kemaslahatan
yang sesuai dengan kehendak rakyat maka seseorang pemimpin harus -tanpa segan-segan-
turun kebawah berdialog dengan staf atau anggota organisasinya. Mekanisme kontrol
kepemimpinan dengan berdialog langsung dengan para staf dan anggota organisasi,
memberi kesempatan kepada kita untuk mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang
ada selama ini.
Dalam turba ini juga bisa digunakan untuk menggali
dan berbagi informasi sebanyak-banyaknya, karena setiap tim membutuhkan informasi
dari organisasi atau sebaliknya, yang memungkinkan tim itu mencapai target dan
tujuan.
Duduk diantara dua sujud - koreksi kinerja
Setelah kita mendapati hal apa yang menjadi kegelisahan
apa yang dikehendaki masyarakat maka kita perlu mengevaluasi kembali mekanisme
kerja selama ini dari hasil turba kita. Hal ini tercermin dari doa yang kita baca
ketika duduk diantara dua sujud yang diawali dengan permohonan ampun dan pertolongan
. Rabbi ighfir li wa irhamni wa ujburni wa irfa'ni wa urzuqni wa ihdini wa aafini
wa u'fuu anni.
Sujud - Penawaran koreksi dan konsep
Setelah evaluasi dilakukan maka perlu pula kita mengadakan
penawaran kembali program dan konsep kerja kita untuk masa yang akan datang. Dengan
begitu seluruh komponen yang ada dalam keorganisasian ini merasa memiliki dan
peduli karena hak dan aspirasi mereka terpenuhi. Terlebih perubahan-perubahan
strategi atau kebijakan yang tidak dikomunikasikan kepada tim dapat merusak efektifitas
fungsinya.
Memastikan sampainya informasi yang relevan kepada
suatu tim, sehingga memungkinkan berfungsi efektif, adalah komponen esensial dalam
management organisasi.
Salam - Umpan balik
Dalam konteks salam, kita mendapati ucapan salam yang
ditujukan orang yang ada disekitar kita. Dari sini bisa kita analogikan untuk
dapat berfungsi secara ektif, tim membutuhkan umpan bailik mengenai kinerja mereka
dari organisasi atau kontraprestasi. Umpan balik yang tepat adalah jika diberikan
sesegera mungkin setelah tim menunjukkan prestasi kerjanya, atau diberikan cukup
berkesinambungan agar tim dapat memperbaiki cara kerja atau prosedur yang tidak
sesuai. Umpan yang sesuai adalah umpan yang akurat dan memberi gambaran yang jelas
mengenai kinerja tim.
Memilih Imam- Pemimpin
Dalam memilih seorang pemimpin kita dapat mengambil
ibarat dari tata cara disiplin ilmu fiqh mengutamakan siapa yang patut menjadi
seorang imam dalam shalat. Dalam ilmu fiqh dijelaskan bahwa seseorang yang patut
atau lebih layak menjadi seorang pemimpin adalah 1. Orang yanya lebih tua 2. Ahli
Fiqh 3. Ahli Quran 4. Nasab.
Dari keterangan diatas, dapat kita ketahui bahwa dalam
memilih seorang imam kita dianjurkan memilih orang yang paling tua, hal ini mengisyaratkan
bahwa seorang pemimpin haruslah orang yang bijaksana. Tidak harus orang yang pandai.
Yang terpenting bagi seorang pemimpin adalah memegang lima langkah sukses dalam
kepemimpinan.
- Berfikirlah unggul.
Setiap menghadapi masalah atau rintangan, cobalah mencari jalan keluar dan
tidak terpaku pada penyelesaian masalah/ problem solving.
- Berikan contoh kemenangan
- Seorang pemimpin haruslah mampu memposisikan diri sebagai uswah hasanah bagi
anggota maupun stafnya, dan berusaha menghindari main perintah.
- Beranilah berbicara
- Biarkan orang lain membantu Anda.
- Ambillah resiko dan dapatkan kekaguman.
Dalam usaha kita mencapai prestasi ada enam langkah
yang dapat kita tempuh yaitu :
- Konsultasi
- Was aluu ahla adz dzikri in kuntum laa ta'lamuun. Dalam konteks ahla adz
dzikri disin tentunya orang yang benar-benar kapabel dibidangnya.
- Definisi masalah
- Alternatif sumbang saran
- Memilih alternatif terbaik
- Planning tindakan
- Inspeksi
Dalam berorganisasi, alangkah baiknya kita mengembangkan
mekalisme kontrol antar pribadi sebagaiman dicentohkan dalam shalat kita diperkenankan
mengembangkan mekanisme kontrol kepemimpinan selama tidak untuk kepentingan pribadi.
Demikianlah prinsip-prinsip berorganisasi yang dicontohkan
Allah dalam aturan shalatnya. Terpenting kemauan pribadi-pribadi adalah senjata
paling ampuh dalam menghidupkan organisasi.
|
Penulis:
Achmad ibn Masduqie
|
Kembali
ke atas
|